Artikel ini disandur dari Detik.Com

Direktur Politeknik PU Prof. Ir. Indratmo Soekarno, M.Sc Ph.D mengatakan maraknya gempa yang terjadi di Tanah Air menimbulkan banyak kerusakan material hingga jatuhnya korban jiwa. Bangunan yang ambruk dan menimpa penduduk menjadi penyebab banyaknya korban meninggal.
Hal itu disampaikan Prof. Indratmo dalam seminar Nasional dan Pameran Ke-2 Metode dan Teknologi Bidang Konstruksi, Selasa (6/12) yang lalu di Semarang, Jawa Tengah. Ia juga menjelaskan tantangan konstruksi di Indonesia sangat beragam karena kondisi alamnya.

“Konstruksi yang kuat dan rigid menjadi sangat penting karena Indonesia rawan gempa. Kemarin (Kejadian yang lalu.red) saja, gempa di bawah 6 SR sudah banyak bangunan yang hancur. Karena itu konstruksi tahan gempa penting diimplementasikan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (9/12/2022).

Sementara itu, Sekda Jawa Tengah Sumarno menyoroti sejumlah daerah di Jateng yang tanahnya turun di bawah permukaan laut, daerah yang tenggelam dan juga daerah bertanah lunak (soft soil) membutuhkan perlakuan khusus dari Kementerian PUPR. Harapannya, dalam pembangunan infrastruktur agar memperhatikan masyarakat dan lingkungan.\

Desain rancang bangun dan pemilihan material memiliki peranan penting dalam menghadapi gempa bumi. Sebab, 75% kematian saat gempa bumi disebabkan oleh bangunan runtuh (structural collapse). Guncangan horizontal yang tercipta saat gempa berkekuatan lebih merusak daripada gaya horizontal, menyebabkan dinding runtuh dan atap roboh.

Bagaimana dinding yang tahan gempa? Sebuah penelitian menunjukkan perpindahan dinding bata ringan lebih kecil dibanding bata merah karena bobot dan kepadatannya yang lebih kecil. Bobot dinding bata ringan hanya 1/3 dinding bata merah dan ikatan semen yang kuat. Sehingga, pembengkokan dinding dan ancaman roboh pada bata ringan menjadi lebih kecil daripada dinding bata merah.

Di sisi lain, produsen bata ringan Blesscon yang menjadi salah satu exhibitor di seminar nasional siap mendukung bila konstruksi tahan gempa digalakkan di Indonesia, terutama di Jateng. Ekspansi bata ringan Blesscon membangun plant Sragen, Jawa Tengah menjadi salah satu penyokong.

“Dengan adanya plant Sragen, jangkauan ke kota-kota di Jawa Tengah lebih maksimal dan memangkas ongkos distribusi. Selain itu, bila digabung dengan plant Lamongan dan Mojokerto, Blesscon punya kapasitas produksi terbesar yaitu 2.700.000 m2 per tahun. Januari 2023 kita tambah lagi di Krian, sehingga bisa mencapai 3,2 juta m2 per tahun,” jelas Commercial Director PT Superior Prima Sukses Henrianto,

Selain itu, bata ringan Blesscon juga menjanjikan kualitas yang terjamin. Atas inisiatif sendiri untuk membuat konsumen yakin dan tenang, Blesscon telah tersertifikasi Green Label (ramah lingkungan) dan SNI 8640:2018 pasangan dinding.

“Belum ada yang meminta persyaratan, tapi kami lakukan duluan. Sebagai yang pertama dan satu-satunya. Ini sebagai bentuk tanggung jawab kami untuk kepuasan konsumen,” kata Brand Manager Blesscon, Yusuf Permadi.

Lebih membanggakan lagi, lanjut Yusuf, Desember 2022 ini Blesscon kembali mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2156:2021 untuk spesifikasi Beton Aerasi Autoklaf. Kini, bata ringan Blesscon mengantongi SNI 8640:2018 dan SNI 2156:2021.

“SNI 2156:2021 diakui dan menjadi jaminan mutu yang disepakati Proberindo (Produsen Bata Ringan Indonesia),” tutur